AKU DAN KAMU

Sketsa pelangi yang kau gambar,
serupa rangkaian kisah kita,
yang penuh warna-warna.
Barangkali serangkaian lebih dari sekedar Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U.
Atau layaknya serangkaian hari,
yang beriringan dengan musim,
pun yang juga berganti.


Bisa juga,
serupa hujan yang kadang mengering,
kemarau yang kadang basah,
di matamu.
Ketika rindu-rindu mengeras menjadi butir-butir,
serupa salju,
yang keras dan beku.
Karena kadang tak berbalas.
Meski sebenarnya tidaklah kandas.

Kususun saja awan,
untuk sesekali berteduh.
Dari cahaya-cahaya yang bisa mematikan,
panas serupa api cemburu.
Agar warna-warnamu tidaklah pudar, terbakar.
Hingga tak perlu lagi kau bias,
terlebih di kala kemarau renta.
Dari rindu-rindu yang ranggas, menguap.

Meski begitu,
kupastikan kita akan tetap bersama.
Menyusuri pohon-pohon kehidupan asmara,
yang berupa cinta, rasa, dan asa.
Memetik buah-buahnya.
Menjaganya agar tetap subur.
Walau kadang bertabur,
rindu-rindu yang gugur.

Paiton, 4-2-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer