DASI-JILBAB

Aku tak begitu perlu kilau gincu di bibirmu,
atau bedak wajah kecantikanmu,
atau kelokan pencil alismu.
Namun aku begitu perlu senyum ikhlas pagimu.
Di setiap kali kau lingkarkan seutas dasi di kerah bajuku.


Aku mungkin tak pandai merangkai kata serupa pujangga.
Kata yang dapat membuatmu bermanja-manja,
atau sekedar merona merahkan kedua pipimu,
yang tersimpul sebuah lesung di atasnya.
Dan kau mulai tersipu, malu,
seraya memalingkan sejenak pandanganmu,
yang semula tertuju ke arahku.

Aku mungkin belum segerlap dunia.
Dengan gelamor di mana-mana.
Karena yang rutin aku berikan masih sekedar potong demi potong,
jilbab paris sederhana,
yang warnanya mudah usang.
Karena sering kau pasang,
membungkus aurat bagian atasmu.

Tapi percayalah, sayang.
Dunia ini adil, Tuhan jelas ikut andil.
Kelak ada waktunya kita akan gemerlap.
Menyaingi dunia yang seakan disulap.

Dan terlepas dari semua,
ialah cintaku yang tak akan lenyap.
Meski milikmu terkadang senyap.
Karena ia akan selalu mengingatkan,
alasanmu menerima untuk diikatkan,
berdampingan,
beriringan,
denganku di pelaminan.

Paiton, 27-1-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer