HAI NONA (VIII)

Hai Nona.
Mungkin harusnya memang kusampaikan.
Bahwa aku seringkali merindukanmu kali ini.
Dengan kata-kata yang terikat di benak;
"Ketika kita duduk bersisian,
tanpa cakap dan juga tanya.
Padahal aku memiliki harap,
untukmu bebas memilih pilihan,
tapi hidup . . ."


Hai Nona.
Namun aku urungkan.
Kutelan kembali semua kata itu.
Karena mungkin melihatmu saja ialah cukup.
Tanpa perlu kuperkenalkan hari-hari indah.
Sehingga terbiarkan menjadi teka-teki kelak.

Hai Nona.
Mungkin aku memang menyukaimu.
Di saat semua kemungkinan itu ialah "tak".
Karena rasanya akan lebih baik,
membiarkanmu tumbuh dengan segala tanya.

Hingga akhirnya kau tak benar-benar tau.
Bahwa sebenarnya aku terenyuh.
Ketika muncul sebuah tanyamu;
"Apakah menyukai bahkan rindu harus memiliki alasan untuk disampaikan?"

Maaf saja, Nona.
Mungkin aku yang terlampau lancang.
Menerka tentang perasaan-perasaan itu, menyimpannya.
Padahal semuanya penuh akan kemungkinan.

Paiton, 1-3-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer