MATHEMATICS LOVE

(Inspired by A. I.)

Alunan detikku seolah mengikuti aturan aritmatika.
Gumpalan suka yang kemudian berkomposisi menjadi cinta.
Sebuah rasa dengan limit tak hingga yang jumlahnya jelas tak terbatas.
Sehingga tak mampu digambarkan dalam grafik bidang maupun ruang yang berbatas.


Walau imajiku terus mengembara,
bayangmu tetaplah modus yang mutlak.
Memang peluangku untuk mendapatkanmu jelas-jelas suatu definit negatif.
Sehingga apapun yang coba aku lakukan,
hasilnya takkan mencapai nilai positif.
Aku tetap takkan peduli.

Tak peduli meski hatimu telah terbagi.
Dalam kuartil, desil maupun persentil.
Entah berisi apa dan kepada siapa secara mendetil.
Semakin memperjelas tidak adanya usahaku yang sesuai ranah logika.
Aku tetap takkan peduli.

Selama kita masih berada pada jarak yang sama.
Dan berada dalam satu semesta yang sama pula,
maka tetap akan aku ambil nilai mediannya.
Bahwa aku harus mendapatkanmu.

Aku akan yakinkan kau,
bahwa rasa itu akan selalu tumbuh bahkan berpangkat.
Meskipun invers yang kau berikan atas usahaku selalu lebih besar dari harapanku.
Aku tetap takkan peduli.

Aku akan nol-kan keluh perjuanganku,
agar bisa mendapatkanmu meski itu sulit.
Bahkan walau harus membuat persamaan baru dengan negasi yang juga tak mudah.
Aku tetap takkan peduli.

Satu hal yang harus kau tahu.
Bahwa betapa luasnya area cintaku,
yang berada di bawah kurva cintaku terhadap cintamu.

Coba bulatkan saja rata-rata dari semua perjuanganku.
Sebulat-bulatnya,
bila perlu tanpa melihat kaidah angka penting.
Terdengar konyol dan jauh dari logika memang.
Tapi bukannya sering seperti itu,
bila hendak menghadirkan teori baru.
Terlebih tentang cinta,
yang memang tak mengenal logika.

Pada akhirnya,
aku dan kamu hanya bisa tertawa.
Karena sempat tertipu oleh kebodohan,
yang bernama cinta.

Paiton, 27-12-2016.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer