MELEPAS
Langit yang ia tatap seakan tertawa.
Dengan kilau penuh cahaya.
Kepada hati yang tidak berdaya.
Sakit hatinya sangat mendalam.
Karena cinta yang dulu terpendam.
Kini telah padam.
Ia hanya bisa membayangkan.
Mengenang dan meniangkan.
Seraya duduk di tengah kesunyian.
Membaca ilusi-ilusi aksara,
yang dulu pernah dirangkaikan untuk dirinya.
Tanpa bisa ia menyapa, sekali lagi.
Karena dia telah pergi.
Hingga yang tersisa hanya memori.
Tentang rindu yang kusam.
cinta yang terbuang,
dan rasa yang telah berbeda ruang.
Dengan satu nama yang masih menjadi keluh kesah.
Gundah serta gelisah.
Hingga terkadang mengundang pipi yang basah.
Ia hanya harus ikhlas.
Meski semuanya meninggalkan bekas.
Dengan rela harus melepas.
Tentang yang telah kandas,
dan dirinya yang harus terhempas.
Terampas.
Paiton, 30-1-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
Dengan kilau penuh cahaya.
Kepada hati yang tidak berdaya.
Sakit hatinya sangat mendalam.
Karena cinta yang dulu terpendam.
Kini telah padam.
Ia hanya bisa membayangkan.
Mengenang dan meniangkan.
Seraya duduk di tengah kesunyian.
Membaca ilusi-ilusi aksara,
yang dulu pernah dirangkaikan untuk dirinya.
Tanpa bisa ia menyapa, sekali lagi.
Karena dia telah pergi.
Hingga yang tersisa hanya memori.
Tentang rindu yang kusam.
cinta yang terbuang,
dan rasa yang telah berbeda ruang.
Dengan satu nama yang masih menjadi keluh kesah.
Gundah serta gelisah.
Hingga terkadang mengundang pipi yang basah.
Ia hanya harus ikhlas.
Meski semuanya meninggalkan bekas.
Dengan rela harus melepas.
Tentang yang telah kandas,
dan dirinya yang harus terhempas.
Terampas.
Paiton, 30-1-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
Komentar
Posting Komentar