MELIPAT KENANGAN

Ia berangkat di pagi buta.
Ketika rembulan masih bertahta.
Sedang mentari masih sembunyi di balik semesta.
Bersama sebagian orang,
yang baru saja membuka mata.
Gulita.


Duduk ia di balik kereta Logawa.
Dengan hati yang tak lagi jemawa.
Dan sapa wajah yang tanpa tertawa.
Hatinya terluka. Buta,
yang kesekian tertipu cinta.
Dikalahkan sang realita,
milik semesta.

Rasa miliknya dipaksa lenyap.
Asa perjuangan juga ikut senyap.
Menguap.
Karena sudah saatnya berhenti mengendap.
Menjadi akhir segala harap,
yang telah tiarap.

Mungkin saatnya melipat kenangan,
yang sudah lama dibiarkan menggenang.
Meski hati memang tak senang.
Namun untuk apa dibiarkan terniang.

Terima kasih cinta,
yang telah sudi hadirkan rasa,
yang telah tegar bangunkan asa,
mesra.

Sekali lagi, kawan.
Lelaki itu bukan analogiku.
Ia hanyalah pencinta yang dilepaskan,
ia hanyalah perindu yang tak terbayarkan,
oleh cinta,
buta dan juga menyita.

Jember, 20-1-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer