MUNGKIN HUJAN ADALAH WANITA

Sepanjang jalan Cornel Simanjuntak,
pijakan kaki-kaki mengering meninggalkan jejak,
sisa-sisa hujan pagi tadi.
Di langit matahari bertengger,
serupa cermin bagi dunia bawah,
yang membentuk bayangan megah.
Sinar-sinar yang berpantulan,
tertangkap dari balik bola matanya.


Tak ada rasa yang dapat diterjemahkan olehnya,
semua terbakar panas,
bahkan sekalipun rindu,
yang telah lama menghantui,
juga ikut menguap menyaingi asap,
kendaraan-kendaraan bising di jalanan.
Hingga sepi menjelma dirinya,
menangguhkan segala kesendiriannya.

Padahal ia sibuk merajut kembali,
mimpi-mimpi miliknya yang patah,
meski selalu saja berujung entah.
Mungkin waktu memang masih mengujinya,
menyimpan erat rahasia-Nya,
meski sudah jelas kelak,
hanya untuknya.

Ah, mungkin ada baiknya,
jika rindunya dibiarkan kembali,
hingga menusuk sangat dalam,
segala sepi,
yang tak bertepi,
di siang ini.

Seolah di dalam pikirnya,
"Mungkin hujan tadi adalah wanita,
yang tak sengaja meluruh-leburkan,
aneka degup,
di dalam dadanya."

Paiton, 5-3-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer