RINDUKU (II)

Rinduku lebur dalam segala sibuk.
Memuai bersama panas dan deru kendaraan.
Menempel pada roda jalanan dan tersapu,
angin malam sialan.


Rinduku menempel pada sepatu pejalan.
Terlupakan di sebuah kota asing,
yang terletak di seberang lautan.
Kota asing dengan segala riuh.
Berteriak dan terlalu bising.

Karena itu,
mungkin puisi adalah muara sepiku.
Tempat ku tumpahkan rindu-rindu yang gaduh.
Pada bening kata,
hening makna,
dan kening cinta.

Paiton, 29-12-2016.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU

Komentar

Postingan Populer