RINDUKU (IV)
Sekumpulan puisi yang kutuliskan ini,
bukanlah susunan diksi yang berupa rayuan belaka.
Sekumpulan puisi yang kurangkaikan ini,
hanyalah berupa kerangka ketangguhan hatiku yang hanya,
tertuju padamu, Nona.
Wajahmu yang mentari,
yang seolah menari-nari dalam khayalku,
menghadirkan semangat yang berpendaran.
Benderang.
Di pagi-pagi cerahku,
pada bunga-bunga hariku yang siap mekar,
menjelma memberikan gairah di dalam dada.
Kaulah, Nona,
muara kasihku yang memberikan kehangatan.
Labuhan setiap hal yang kusebut dengan cinta,
rasa dan juga asa.
Setiap memikirkanmu,
yang menjadi tanda ingatku padamu,
bercak-bercak rindu satu per satu,
jatuh, berguguran di dalam hatiku.
Merangkai sebuah lantunan nada,
dengan irama asmara tentangmu, Nona.
Sebelum aku dan kamu,
bertatap dalam satu masa,
satu waktu,
yang kita sebut cahaya temu.
Sebelum kita curahkan segala yang telah,
menggumpal dan sesak di dalam dada.
Tentang bercak-bercak rindu yang hanya milik kita,
berdua.
Paiton, 3-2-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
bukanlah susunan diksi yang berupa rayuan belaka.
Sekumpulan puisi yang kurangkaikan ini,
hanyalah berupa kerangka ketangguhan hatiku yang hanya,
tertuju padamu, Nona.
Wajahmu yang mentari,
yang seolah menari-nari dalam khayalku,
menghadirkan semangat yang berpendaran.
Benderang.
Di pagi-pagi cerahku,
pada bunga-bunga hariku yang siap mekar,
menjelma memberikan gairah di dalam dada.
Kaulah, Nona,
muara kasihku yang memberikan kehangatan.
Labuhan setiap hal yang kusebut dengan cinta,
rasa dan juga asa.
Setiap memikirkanmu,
yang menjadi tanda ingatku padamu,
bercak-bercak rindu satu per satu,
jatuh, berguguran di dalam hatiku.
Merangkai sebuah lantunan nada,
dengan irama asmara tentangmu, Nona.
Sebelum aku dan kamu,
bertatap dalam satu masa,
satu waktu,
yang kita sebut cahaya temu.
Sebelum kita curahkan segala yang telah,
menggumpal dan sesak di dalam dada.
Tentang bercak-bercak rindu yang hanya milik kita,
berdua.
Paiton, 3-2-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
Komentar
Posting Komentar