TERSAKITI (II)
Berteman hening.
Ia nikmati nyanyian rindu.
Yang bernada sendu.
Tiba-tiba datang mengadu.
Tanpa menunggu.
Kesiapan ruang hatinya.
Malam ini sepi menjalar.
Sampai ke sukma turut dikejar.
Bahkan walau harus menusuk.
Agar bisa terus merasuk.
Menuju ruang-ruang hati.
Semakin dalam.
Malam terus bergulir.
Dengan sunyi juga mengalir.
Bergeming mengejar pagi.
Seolah turut merasakan tusukan,
sepi yang semakin dalam.
"Masih lamakah embun akan menetes?", batinnya.
Yang biasanya menyambut pagi.
Penyegar hari periang hati.
Masih lamakah?
Namun entahlah.
Ia sudah tergesa menguyah rapuh.
Terburu melumat pilu.
Berharap tuntas semua yang biru.
Sisa rasa-rasa yang keruh.
Namun entahlah.
Ia coba tersenyum.
Sedikit meredam frekuensi rintihan.
Mempersingkat interval tangisan.
Teguhkan diri bekukan hati.
Karena ia telah tersakiti.
Paiton, 10-3-21017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
Ia nikmati nyanyian rindu.
Yang bernada sendu.
Tiba-tiba datang mengadu.
Tanpa menunggu.
Kesiapan ruang hatinya.
Malam ini sepi menjalar.
Sampai ke sukma turut dikejar.
Bahkan walau harus menusuk.
Agar bisa terus merasuk.
Menuju ruang-ruang hati.
Semakin dalam.
Malam terus bergulir.
Dengan sunyi juga mengalir.
Bergeming mengejar pagi.
Seolah turut merasakan tusukan,
sepi yang semakin dalam.
"Masih lamakah embun akan menetes?", batinnya.
Yang biasanya menyambut pagi.
Penyegar hari periang hati.
Masih lamakah?
Namun entahlah.
Ia sudah tergesa menguyah rapuh.
Terburu melumat pilu.
Berharap tuntas semua yang biru.
Sisa rasa-rasa yang keruh.
Namun entahlah.
Ia coba tersenyum.
Sedikit meredam frekuensi rintihan.
Mempersingkat interval tangisan.
Teguhkan diri bekukan hati.
Karena ia telah tersakiti.
Paiton, 10-3-21017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
Komentar
Posting Komentar