KINI AKU MENGINGINKANMU
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
dari sesal-sesal yang ternyata membayangiku,
dengan aneka sebab yang kau tumpahkan seorang diri,
ketika semuanya hanya kau pasrahkan,
serela mungkin,
tanpa sebuah bahu untukmu bersandar,
hingga tenggelam ke bawah sadar.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
lebih erat dari cengkraman akar,
yang menjaga tegaknya pohon,
hingga ranting dedaunan tak jatuh,
lebih lama dari masa doa,
akan sepasang tangan yang terus menengadah.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
serupa rintik yang setia pada genangan,
tempatnya jatuh berulang-ulang,
serupa ombak lautan yang tak bosan,
mencumbu bibir pantai,
atau serupa pusaran,
yang akan menyatukan kita,
hingga takkan terpisahkan,
dalam perputarannya,
dalam pasang surut gelora asmara.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
yang meninggalkan debar dalam pertemuan,
melukiskan senyum yang tak pudar,
dan tatapan yang selalu berbinar.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
pada tiap resonansi garis ingatanku,
serta lingkar jemari yang sanggup menghangatkan,
serupa sujud-sujud yang kucoba selalu dekatkan.
Paiton, 4-4-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
sebagai seorang dalam dekapku,
dari sesal-sesal yang ternyata membayangiku,
dengan aneka sebab yang kau tumpahkan seorang diri,
ketika semuanya hanya kau pasrahkan,
serela mungkin,
tanpa sebuah bahu untukmu bersandar,
hingga tenggelam ke bawah sadar.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
lebih erat dari cengkraman akar,
yang menjaga tegaknya pohon,
hingga ranting dedaunan tak jatuh,
lebih lama dari masa doa,
akan sepasang tangan yang terus menengadah.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
serupa rintik yang setia pada genangan,
tempatnya jatuh berulang-ulang,
serupa ombak lautan yang tak bosan,
mencumbu bibir pantai,
atau serupa pusaran,
yang akan menyatukan kita,
hingga takkan terpisahkan,
dalam perputarannya,
dalam pasang surut gelora asmara.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
yang meninggalkan debar dalam pertemuan,
melukiskan senyum yang tak pudar,
dan tatapan yang selalu berbinar.
Kini aku menginginkanmu,
sebagai seorang dalam dekapku,
pada tiap resonansi garis ingatanku,
serta lingkar jemari yang sanggup menghangatkan,
serupa sujud-sujud yang kucoba selalu dekatkan.
Paiton, 4-4-2017.
-Nawafil Fil-
#sehariSATU
Komentar
Posting Komentar